(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Rektor Harap Tiga Guru Besar yang Dikukuhkan Beri Sumbangsih bagi Bangsa

Tiga guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Syam, ST.,MT.,IPM sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Mesin Listrik, Fakultas Sains dan Teknik (FST), Prof. Dr. Kalvein Rantelobo, ST.,MT.,IPM sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Telekomunikasi, FST, dan Prof. Ir. Lily F. Ishaq, M.Phil.,Ph.D Prodi Agro Teknologi Fapertasebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian.

Pengukuhan dilakukan Rektor, Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc, sementara pengalungan samir guru besar dilakukan Ketua Senat Undana, Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph. D.

Rektor Undana, Prof. Maxs Sanam dalam sambutannya mengatakan, hingga kini Undana telah mengukuhkan 53 guru besar. Dari total tersebut, 19 orang telah memasuki purnabakti atau meninggal dunia, dan satu orang pindah, sehingga saat ini terisa 32 guru besar aktif.

“Jumlah 32 guru besar aktif ini sesungguhnya masih jauh dari angka ideal dari segi persentase, minimal sesuai kondisi Undana 10 persen, dan kondisi Indonesia 15 persen. Jika 10 persen, maka Undana masih butuh 90-135 guru besar, karena tenaga dosen Undana saat ini 900-an orang,” ungkap Rektor Undana.

Pada kesempatan itu, Rektor ikut memuji FST yang kini telah memiliki 10 guru besar, diikuti Fakultas Pertanian 8 orang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 5 orang. Oleh karena itu, ia juga mendorong beberapa fakultas yang hanya memiliki satu guru besar, seperti Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Fakultas Hukum agar mendorong para dosen menjadi guru besar. Hal itu, kata Rektor, harus dimulai dari para dekan.

Ketua Senat Undana, Prof. Ir. Fredrik L Benu, M.Si., Ph.D mengalungkan samir guru besar kepada Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Syam, ST.,MT.,IPM didampingi Rektor Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc.

Di Indonesia, lanjutnya, Universitas Gajah Mada memiliki sekitar 415 guru besar. Untuk tahun ini saja, kata Rektor Undana, UGM telah menambah 50 guru besar.

Dengan pengukuhan tiga guru besar itu, ia berharap dapat memotivasi dan menginspirasi para dosen di Undana untuk segera berproses menuju jabatan akademik tertinggi.

“Tahun ini, tercatat Undana mengukuhkan 15 guru besar sejak Januari hingga November 2023. Kita berharap lagi akan muncul guru besar lainnya, sesuai usulan yang kita ajukan,” sebut Prof. Maxs Sanam.

“Saya juga menyampaikan terima kasih pada keluarga dari ketiga Guru Besar yang dikukuhkan hari ini, atas dukungan dan doa sehingga para Guru Besar dapat mendapat prestasi ini. Harapannya prestasi yang diraih dapat bermanfaat untuk nusa dan bangsa terkhususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur,” sambung Rektor Undana memungkasi.

Orasi Ilmiah

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Syam, ST.,MT, IPM menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Rancangan Modifikasi Turbin Angin Sivonis Tipe Epis yang Terintegrasi dengan Generator Aksial tanpa Roda Gigi: Solusi Kembangkan Potensi Energi Angin di NTT menuju Energi Mandiri”.

Pada kesempatan itu, ia mengaku, menjadi guru besar bukan hal yang mudah. Sebab, selama mengabdi di Undana, dirinya tidak pernah terbayangkan bisa meraih gelar profesor.

Sepanjang 24 tahun mengabdi, sejumlah paten telah ia raih, termasuk dengan merancang 15 mesin listrik yang telah diaplikasikan pada beberapa UKM di NTT.

Sejumlah tridarmanya bahkan telah diabadikan dalam buku autobiografinya berjudul: Kisah Pengalaman Tridarma hingga Meraih Guru Besar Bidang Teknik Mesin.

Dengan pengukuhan itu, buku tersebut resmi diluncurkan dan sudah ada ditangan para guru besar dan anggota senat Undana.

“Orasi ilmiah yang dilakukannya merupakan bagian dari hasil penelitiannya melalui hibah yang berjalan 2022-2024,” tuturnya.

Ketua Senat Undana, Prof. Ir. Fredrik L Benu, M.Si., Ph.D mengalungkan samir guru besar kepadaProf. Dr. Kalvein Rantelobo, ST.,MT.,IPM didampingi Rektor Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc.

Prof. Dr. Kalvein Rantelobo, ST.,MT.,IPM pada kesempatan itu menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Sistem Komunikasi Nirkabel sebagai Penopang Pengembangan Wilayah”.

“Pertama-tama saya menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa, Allah Tri Tunggal, karena hanya atas kasih dan karunianya saya bisa berdiri di tempat terhormat sebagai guru besar bidang ilmu teknik telekomunikasi pada Prodi Teknik Elektro,” tuturnya.

Ia menyebut, sejumlah capaian sudah dihasilkan yakni prototipe evaluasi kinerja transmisi video yang digunakan untuk penelitian yang sudah dan akan dilanjutkan.

Prof. Kalvein juga menyebut bahwa protitipe pemantauan objek bergerak juga telah diterapkan walau masih dalam tahap kesiapan teknologi TKT 5, namun ia upayakan agar dapat menuju tingkat lebih tinggi, yakni ke hilirisasi produk.

Bahkan, Kepala UPT TIK Undana ini juga sudah melakukan prototipe pertanian presisi yang memanfaatkan teknologi informasi komunikasi.

“Ini juga kami sudah patenkan dan semoga ke depan paten ini akan membuahkan produk-produk yang digunakan untuk pertanian presisi di NTT,” tuturnya.

Lebih lanjut, papar Prof. Kalvein, tahun ini, hibah dengan kolaborasi berbagai pihak melalui sistem integrasi tanaman dan ternak dengan menggunakan TIK berbasis Internet of Cloud akan diusulkan dalam paten dan akan menjadi penelitian-penelitian diseminasikan ke berbagai tempat di NTT, karena ia yakin skema tersebut sesuai dengan kondisi riil Provinsi NTT.

Ketua Senat Undana, Prof. Ir. Fredrik L Benu, M.Si., Ph.D mengalungkan samir guru besar kepadaProf. Ir. Lily F. Ishaq, M.Phil.,Ph.D didampingi Rektor Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc.

Sementara itu, Prof. Ir. Lily F. Ishaq, M.Phil.,Ph.D dalam orasi berjudul: “Mikoriza untuk Produktivitas Pertanian Berkelanjutan” mengemukakan pandangannya tentang pentingnya menjaga kesuburarn tanah sebagai sumber daya utama pertanian dan potensi mikoriza dalam mendukung prodiktivitas pertanian berkelanjutan.

Menurutnya, Mikoriza bisa menjadi jembatan nutrisi yang mengalirkan nutrisi dari daerah yang subur ke tanaman yang tumbuh pada daerah yang kurang subur.

Pemanfaatan biofertilizer yang disebut mikoriza, tidak saja sebagai fertelizer, tapi sebagai biopestisida dan digunakan untuk menyerap air dan disumbangkan bagi tanaman, sehingga tepat dengan kondisi tanaman yang berada di NTT, yang bercorak lahan kering.

Salah satu harapan Prof. Lily adalah menghasilkan pupuk hayati berbasis mikoriza. Sehingga ia menyarankan agar tetap menggunakan mikroba asli daerah, karena telah beradaptasi dengan kondisi yang ada sehignga tingkat keberhasilannya akan jauh lebih besar ketimbang mikroba dari luar daerah.

“Idealnya, untuk meningkatkan produk pertanian kita harus berpegang teguh pada konsep pertanian berkelanutan yaitu memanfaatkan SDA yang ada untuk memenuhi kebutuhan kita. Tapi ada catatannya, kita harus mampu pertahankan atau tingkatkan kualitas lingkungan dan lestarikan sumber daya yang ada,” pungkasnya.(rfl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *